News Update :

Menemukan jodoh dengan cara Nabi Musa. AS

Sahabat, Allah sang pencipta Bumi dan Langit, juga menciptakan makhluknya secara berpasang-pasangan, dan Allah pulalah yang maha menentukan kapan jodoh itu datang, dengan melalui ikhtiar yang kita lakukan tentunya.

Sebelum kita memulai aktivitas kehidupan kita, Allah telah memberikan panduannya berupa kitab suci yaitu Al Qur'an yang berisi panduan komplit untuk umatnya. panduan yang tidak kenal istilah expired, ia dapat diterima sepanjang zaman, mulai bangun tidur hingga mau tidur kembali, mulai lahir hingga kematian menghampiri kita.

AlQur'an tidak hanya mengatur masalah ibadah, tapi juga masalah sosial seperti zakat dan sedekah, masalah keluarga seperti menikah dan mendidik anak, dan untuk wanita lebih khusus lagi Allah memberikan panduan bagaimana cara berpakaian yang aman dan melindungi.

Selain Al Qur'an Allah juga mengutus Nabi Muhammad SAW, sebagai contoh bagaimana menerapkan Al Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai umat islam kita menunaikan kewajiban sholat dengan gerakan dan tatacara yang sudah di contohkan Rasulullah SAW, tetapi kenapa dalam urusan lain kita tidak mencari tau cara yang benar yang sesuai panduan Al Qur'an, padahal jika semua urusan berakhir dan kematian menghampiri, kita akan kembali menghadap Allah dengan mempertanggungjawabkan segala urusan yang telah kita lakukan melalui cara-cara kita sendiri, apakah kita akan selamat dari azabnya? andai saja kita mau mencari tau bagaimana cara yang telah ditetapkan Allah tentulah kita akan meraih janji balasan surga terbaik buat semua hambanya yang mau taat padaNya.

Dalam hal mendapatkan jodoh Alqur'an memberikan pelajaran dari kisah Nabi Syuaib yang menikahkan anaknya dengan Nabi Musa as.

ALLAH mengabadikan kisah yang anggun dan mengesankan itu pada kitab suci Al-Quran surat Al-Qoshos ayat 20-28

Tatkala menerima nasehat dari laki-laki bijak untuk meninggalkan mesir karena fir’aun dan punggawa negeri itu berencana membunuhnya, maka nabi musa buru buru keluar dari negeri nil itu dengan perasaan takut dan khawatir. Ia berjalan sembari menoleh ke sana kemari, karena takut di ketahui oleh fir’aun. Ia tidak tau kemana ia harus menuju dan kemana ia harus pergi, kerena ia belum pernah sama sekali keluar dari negri mesir, akan tetapi karena ia adalah nabi, pasti ALLAH membimbingnya.

Sesampai di negri madyan, tepatnya disebuah sumber air, nabi musa menjumpai sekumpulan orang laki laki sedang berebutan meminumkan ternaknya, sementara tidak jauh dari tempat itu dua gadis sedang menambatkan ternaknya dengan muka penuh keteguhan. mereka tidak mau ikhtilat /berdesak-desakan / bercampur baur dengan kaum laki-laki,

Nabi Musa lalu menghampiri keduanya, seraya bertanya, “apakah maksud kalian dengan berbuat begitu ?

Kedua gadis itu menjawab : kami tidak dapat meminuman ternak kami, sebelum penggembala penggembala itu meminumkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya,

Merasa iba, Nabi Musa as lalu membantu meminumkan ternaknya.

Para penggembala itu setelah selesai memberi minum ternaknya biasanya mereka menutup mulut sumber air tersebut dengan batu besar.nabi Musa mengangkat batu besar itu sendirian. Padahal, menurut sahabat Umar bin Khottob ra, batu besar itu tidak bisa di angkat kecuali oleh sepuluh orang. Dia lalu memberi minum ternak gadis itu, kemudian setelah selesai , dia mengembalikan batu seperti semula.

Nabi Musa setelah itu berteduh di bawah pohon, dia bermunajat kepada ALLAH seraya berdoa mengadu,

“ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan (rejeki) yang engkau turunkan padaku.”

Saat itu dia merasakan lapar yang sangat, perutnya di ibaratkan menempel dengan punggungnya. Sayur mayur dan dedaunan yang slalu di makannya beberapa hari belakangan dalam perutnya bahkan tampak kelihatan dari luar. Sementara dua gadis tadi telah pulang pulang lebih awal dari biasanya.

Tidak berselang lama, dua gadis yang di tolongnya tadi datang menghampirinya seraya malu malu. Keduanya adalah putri nabi syuaib as. “sesunggauhnya bapakku mengundangmu agar ia memberi balasan terhadap kebaikanmu memberi minum ternak kami”. Ucap salah satu gadis itu jelas dan tegas, agar tidak terkesan merayu atau menggoda, sikap ini dikedepankan karena kedua gadis ini kuat dalam hal memelihara kehormatan diri dari lawan jenis.

Ketika Nabi Musa mendatangi bapaknya (Nabi Syuaib as), ia di jamu secara spesial. Lalu ia menceritakan kisah yang di alaminya, Nabi Syuaib as berkata menghibur, “janganlah kamu takut, kamu telah selamat dari orang orang dzolim itu. Daerah ini bukan wilayah mereka.

Sesaat kemudian, salah satu dari putri nya berkata : wahai ayah ambillah ia sebagai orang yang bekerja pada kita, meminumkan ternak kita, karena sesungguhnya orang paling baik yang engkau ambil untuk bekerja pada kita adalah orang yang kuat lagi dapat di percaya.”Nabi Syuaib as bertutur : apa yang engkau ketahui tentang dia ?” putrinya menjawab dengan menunjukkakn gambaran kekuatan dan amanah nabi musa as. “ dia mampu mengangkat batu besar yang tidak akan mampu di angkat kecuali oleh sepuluh orang.

Dan tatkala aku berjalan bersamanya dan aku berada di depannya, karena akul ah yang tau arah menuju rumahku, tapi sungguh Musa as adalah lelaki yang sangat menjaga pandangan, dia tidak ingin sepanjang jalan matanya melihat pemandangan gadis yang bukan muhrimnya, sehingga dia berkata kepadaku : berjalanlah kamu di belakangku. Jika arah jalannya akan belok, maka lemparkan kerikil kepadaku ke arah kiri atau kanan agar aku tahu arah yang benar.”

Begitulah dialog dari seorang ayah yang menangkap signal bahwa anaknya menyukai Nabi Musa as dan menggali informasi apa yang disukai anaknya dari seorang nabi musa.

Nabi Syuaib as. Berkata kepada musa hendak mengemukakan rencana spektakuler, “sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah satu dari putriku ini, atas dasar (dengan syarat/mahar) kamu bekerja denganku 8 tahun dan jika engkau genapkan 10 tahun, maka itu adalah suatu kebaikan dari mu, maka aku tidak hendak memberatimu. Dan kamu insya ALLAH akan mendapatiku termasuk orang orng yang baik.”

Nabi Musa menjawab : “itulah perjanjian antara aku denganmu. Dan ALLAH adalah saksi atas apa yang kita ucapkan.

“Siapakah anakku yang engkau pilih ?” tanya Nabi Syuaib as , Nabi musa tidak lantas memilih sesuai selera pribadinya, tapi dia yakin bahwa Nabi Syuaib as sebagai orang tua dari kedua gadis tersebut tentu jauh lebih tau siapa yang paling cocok untuk mendampinginya, sehingga Nabi Musa as menjawab “terserah engkau saja, mana di antara kedua putrimu yang engkau tetapkan, maka aku tidak akan menolaknya. “Nabi Syuaib lalu menikahkan putrinya yang paling muda dengan nabi musa, sedang nabi musa memilih menyempurnakan perjanjiannya sepuluh tahub sebagai tambahan kebaikan darinya.

dari kisah diatas, kita bisa mengambil pelajaran bahwa menikahkan anak adalah bagian dari kewajiban orang tua, dengan cara dialog bukan paksaan, dan dengan mahar yang dipandang mampu di penuhi oleh calon menantunya. jika orang tua tidak bisa mencarikan pasangan buat anaknya, anak boleh mencari jasa orang lain untuk membantu proses pernikahannya, atau jika anak sudah menyukai seseorang, sebaiknya dikomunikasikan juga lewat seseorang yang dipercaya, agar keduanya terhindar dari maksiat pacaran sebagaimana yang terjadi pada muda-mudi zaman sekarang ini.

selain itu calon menantu tidak harus mapan lebih dulu, bahkan klo mertua yang sudah mapan, calon menantu boleh bekerja kepada mertuanya. hingga ia mapan.

Perjalanan hidup Nabi Musa as dan putri nabi syuaib menjelang pernikahan hingga rumah tangganya berjalan delapan atau sepuluh tahun merupakan cermin yang dapat di jadikan bahan renungan bagi muda mudi yang hendak beranjak menikah atau bagi orang- orang yang mengawali bahtera kehidupan berumah tangga pada sepuluh tahun pertama.

sebagian ulama’ berpendapat bahwa ujian (susah) berumah tangga lazimnya di alami pasangan suami istri pada 8 atau 10 tahun pertama. Bila ujian itu di lalui dengan lulus, maka rumah tangga akan menjadi bahagia, harmonis danlapang pada masa masa berikutnya, insyaAllah, asal tentunya sikap taqwa, shaleh selalu menyertai rumah tangga tersebut.

Setelah masa perjanjian selesai, Nabi Musa as memohon izin kepada mertuanya untuk kembali ke Mesir. Nabi Syuaib as mengzinkannya, sebelumnya Nabi Musa as meminta istrinya agar memohon kepada bapaknya di beri kambing yang dapat menopang kehidupan rumah tangganya. Bapaknya pun memberikan kepadanya setiap anak yang di lahirkan dari induknya pada tahun itu. Nabi Musa as kemudian memboyong istri dan anaknya serta hewan ternak ke negeri asalnya, Mesir.

Share this Article on :
 

© Copyright Wanita Kaltim Media 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.